Aplikasi Pupuk Organik Cair Lamtoro Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat | Author : Tiara Septirosya, Ratih Hartono Putri, Tahrir Aulawi | Abstract | Full Text | Abstract :Tomat merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Penggunaan pupuk organik cair lamtoro dapat menjadi alternatif dalam menekan penggunaan pupuk anorganik dan memperbaiki kondisi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi pupuk organik cair lamtoro dan interval waktu aplikasi terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Penelitian telah dilaksanakan dilahan percobaan dan Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian dan Peternakan, UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yakni konsentrasi pupuk organik cair lamtoro (0, 10, 20, 30%) dan interval waktu aplikasi (3, 6, dan 9 hari). Hasil penelitian menunjukan bahwa pupuk organik cair lamtoro dengan konsentrasi 10% efisien untuk meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah buah per tanaman. Interval 9 hari memberikan hasil terbaik terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan konsentarsi dengan waktu aplikasi pupuk organik cair daun lamtoro. |
| Evaluasi dan Seleksi Keragaman Fenotipe Tanaman Garut (Maranta arundinaceaL.) Hasil Radiasi Sinar Gamma | Author : Puspita Deswina1, Sri Indrayani2, Ambar Yuswi Perdani3, Enung S. Mulyaningsih | Abstract | Full Text | Abstract :Salah satu tanaman pangan sumber karbohidrat alternatif potensial adalah tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) yang mempunyai potensi sangat besar untuk dikembangkan. Makanan yang terbuat dari tepung garut memiliki keistimewaan, yaitu mudah dicerna dan memiliki Indek Glikemik yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis umbi-umbian lainnya, sehingga sangat baik untuk kesehatan. Tanaman ini umumnya diperbanyak secara vegetatif, sehingga memiliki keragaman genetik yang sempit. Untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman garut, telah dilakukan iradiasi sinar gamma di Pusat Radiasi dan Isotop, BATAN, dengan dosis 10 sampai dengan 140 Gy dengan interval 10. Analisis perubahan morfologis dan seleksi dilakukan dengan mengamati perubahan karakteristik sejak tanaman menghasilkan tunas sampai pertumbuhan tanaman maksimal atau tanaman menghasilkan bunga. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dosis iradiasi dan dosis LD 50 yang optimal dalam memperluas keragaman genetik tanaman garut serta mengetahui perubahan karakter morfologi tanaman setelah di radiasi. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Analisis data menggunakan MiniTab 16. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa iradiasi sinar gamma dapat mempengaruhi karakter morfologi terhadap daun, jumlah tunas, tinggi tanaman dan produksi umbi. |
| Pengendalian Plutella xylostella dengan Metarhizium anisopliae dalam Mengurangi Intensitas Kerusakan dan Mempertahankan Hasil Kubis | Author : Dina Gustiana1, Cecep Hidayat, Yati Setiati | Abstract | Full Text | Abstract :Tingkat serangan P. xylos tella sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman kubis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengendalikan P. xylos tella dengan M.anisopliae dalam mengurangi Intensitas Kerusakan dan mempertahankan hasil kubis. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium jurusan Agroteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan di Desa Sukarapih, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang dari bulan Januari sampai bulan mei 2017. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana dengan faktor kerapatan spora M. anisopliae. Penelitian terdiri dari kontrol negatif, kontrol positif, 105, 106, 107, 108, 109, dan 1010 ml-1 aquades sehingga terdapat 8 perlakuan yang diulang 3 kali. Uji lanjut yang digunakan adalah Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) taraf 5%. Pengujian dilakukan pada larva P. xylos tella dengan cara menyemrotkan suspensi spora M. anisopliae pada tanaman kubis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan 1010 spora ml-1 memilikiperesentasi intensitas kerusakan sebes ar 3,12% dimana hasil persentase intensitas kerus akan yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan kerapatan 1010 ml-1 spora berpengaruh juga terhadap pertumbuhan diameter krop kubis dimana setiap mingguny a m eningkat, hal ini dapat dipengaruhi karena pada perlakuan 1010 ml-1 spora intensitas kerusakan tanaman rendah sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter krop kubis dan menghasilkan bobot segar kubis dengan rata-rata sebesar 691,53 g tanaman-1. Semakin rendah intensitas serangan hama maka pertumbuhan diameter krop dan hasil tanaman kubis dapat dipertahankan. |
| Pengaruh Interval Aliran Nutrisi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa) pada Sistem Deep Flow Technique | Author : Suci Sapta Ningrum, Ismail Saleh, Dodi Dubirokhman | Abstract | Full Text | Abstract :Selada (Lactuca sativa) merupakan salah satu sayuran yang biasa dibudidayakan secara hidroponik. Beberapa sistem hidroponik membutuhkan biaya besar dalam penggunaannya seperti biaya listrik untuk mengalirkan larutan nutrisi pada sistem Deep Flow Technique (DFT). Biaya listrik tersebut dapat dikurangi dengan mengganti aliran nutrisi yang kontinyu menjadi aliran terputus (intermittent). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interval aliran terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada. Penelitian dilaksanakan di Cirebon pada bulan Februari – April 2018. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor dengan empat perlakuan. Perlakuan yang dicobakan antara lain: (i) aliran kontinyu (kontrol), aliran nutrisi secara terputus (nutrisi mengalir selama, (ii) 15 menit, (iii) 30 menit, dan (iv) 45 menit). Setiap perlakuan aliran intermittent, aliran unsur hara diputus selama 60 menit. Setiap perlakuan diulang empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interval aliran unsur hara berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter tajuk, dan luas daun pada 35 hari setelah tanam (HST). Jumlah daun, volume akar, dan bobot segar tanaman tidak berbeda nyata antar perlakuan. Tinggi tanaman dan diameter tajuk terbesar diperoleh pada perlakuan aliran unsur hara selama 15 menit dan berhenti selama 60 menit. Hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol yaitu aliran nutrisi secara kontinyu. Aliran nutrisi secara intermittent dapat digunakan sebagai alternatif aliran secara kontinyu pada hidroponik dengan sistem DFT |
| Uji Antagonis Agensia Hayati Trichoderma spp. terhadap Colletotricul capsici Sydow. Penyebab Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai Rawit Capsicum frutescens L. | Author : Yenny Muliani, Eti Henni Krestini, Asep Anwar | Abstract | Full Text | Abstract :Penyakit Antraknosa Colletotrichum capsici Sydow adalah penyebab penyakit tanaman pada cabai rawit yang dapat menurunkan produksi dari segi kuantitas sebesar 60% juga menurunkan kualitas buah cabai rawit. Pengendalian dengan menggunakanagensia hayati diperlukan karena lebih mengutamakan peran agroekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi Trichoderma spp. yang efektif dalam menekan perkembangan jamur Colletotrichum capsiciSydowpenyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai rawit. Penelitian dilaksanakan secara in vitro di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang dari bulan Oktober 2017 hingga bulan Februari 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Trichoderma spp. merupakan agensia hayatiyang berpotensi dalam menekan perkembangan penyakit antraknosa Colletotrichum capsici Sydow. |
| Pengaruh Hormon Giberelin terharap Viabilitas Benih Stroberi (Fragaria x Ananassa) | Author : Larin Tikafebianti, Gita Anggraeni, Ratna Dwi Hirma Windriati | Abstract | Full Text | Abstract :Ketersediaan bibit yang baik masih menjadi kendala utama dalam pengembangan budi daya stroberi di Indonesia. Perbanyakan bibit stroberi umumnya dilakukan dengan memisahkan stolon, namun teknik ini memiliki kelemahan karena bibit asal stolon rentan membawa penyakit dari indukan. Salah satu alternatif perbanyakan bibit stroberi adalah dengan cara menumbuhkan tanaman baru dari biji. Biji yang baik adalah yang memiliki viabilitas benih tinggi. Pemberian hormon eksogen seperti giberelin diduga mampu memperbaiki viabilitas benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon giberelin terhadap viabilitas benih stroberi. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimental Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan perlakuan berupa taraf hormon giberelin (0; 50; 100; 150 dan 200 ppm), yang direndamkan pada biji stroberi selama 2 x 24 jam. Variabel yang diamati adalah daya berkecambah (%), potensi tumbuh maksimum (%) dan index vigor (%). Hasil penelitian, menunjukan bahwa daya berkecambah dan index vigor perlakuan 100 ppm giberelin mencapai hasil tertinggi yaitu: 7,3 % dan 2,67 %. Sementara pada variabel potensi tumbuh maksimum (PTM), semakin tinggi taraf perlakuan justru PTM semakin rendah, sehingga disimpulkan bahwa pemberian giberelin dapat meningkatkan daya berkecambah dan indeks vigor benih, namun tidak dapat meningkatkan PTM. |
|
|